Tampilkan postingan dengan label Family. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Family. Tampilkan semua postingan

29 Januari 2014

Cara Membuat Anak Tumbuh Menjadi Pribadi Yang Bahagia

Bila ditanyakan pada setiap orang tua, hal apa yang paling mereka inginkan dari anak-anaknya, jawabannya tentulah kebahagiaan bagi sang anak. Segala upaya, cucuran keringat, dan setiap langkah yang dilakukan orang tua salah satunya adalah demi mewujudkan kebahagiaan untuk anak-anaknya.

Orang tua memang tak hanya mengharapkan anak-anaknya tumbuh menjadi pribadi yang pandai, namun sudah menjadi keinginan terbesar bagi orang tua bila dapat melihat anak tumbuh menjadi pribadi yang bahagia.

Lalu, seperti apa cara yang bisa dilakukan orang tua untuk membuat anaknya bahagia? Apakah dengan memberikan berbagai barang bagus? Mengikuti setiap permintaan anak atau bagaimana? Jawabannya adalah dengan cara pola pengasuhan yang benar, maka anak-anak Anda akan tumbuh menjadi pribadi yang bahagia. Kuncinya terletak pada gaya parenting orang tua, karena pengaruh lingkungan dimana anak tumbuh dan berkembang adalah faktor yang paling besar berperan dalam membentuk kepribadian dan mental seorang anak.
Pola pengasuhan apa saja yang perlu diterapkan orang tua untuk membuat anak tumbuh menjadi pribadi yang bahagia?

Anda harus bisa mengenal anak

Banyak orang tua yang merasa bahwa mereka telah mengenal anak-anak mereka. Namun, faktanya sebagian besar orang tua hanya telah €œmerasa€ mengenal anak, bukan benar-benar mengenal anak-anak mereka. Orang tua selalu beralasan melakukan apapun atau bahkan mungkin memerintahkan berbagai hal kepada anak demi kebaikan dan kebahagiaan anak. Padahal mereka tidak tahu hal apa yang sebenarnya diinginkan dan apa yang terbaik untuk anak-anaknya.

Sebagai orang tua seharusnya Anda dapat benar-benar mengenal anak. Mengenal apa yang menjadi kelebihan dan kekurangannya, mengenal seperti apa karakter anak. Mengarahkan hal-hal yang bisa membangkitkan potensi anak dan mendukung aktivitas positif yang membahagiakan anak, bukan yang hanya membahagiakan Anda. Kenali anak Anda sebagai makhluk unik yang tidak sama dengan teman atau saudaranya yang lain. Jangan membanding-bandingkan anak Anda dengan orang lain.

Mungkin saja anak Anda memang bukan seorang yang pandai di bidang matematika namun bisa jadi ia pandai dalam hal menggambar. Mungkin saja anak Anda pemalu dan bukan orang yang ahli dalam hal berbicara di depan umum, namun bisa jadi ia sangat kreatif dan memiliki daya imajinasi tinggi. Kenali benar-benar apa yang menjadi kelebihan anak, terima dan perbaiki apa yang menjadi kekurangannya dan jangan memaksakan kehendak kepada anak. Dengan begitu, Anda sudah mengajarkan kepada anak bagaimana cara untuk bisa menikmati hidup dan menjadi pribadi yang bahagia.

Jangan selalu mengharapkan anak untuk sempurna

Tak ada orang yang sempurna, termasuk anak. Setiap anak pasti memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Namun sayang, tidak sedikit orang tua yang tidak menyadari hal tersebut. Banyak diantara orang tua yang tanpa sadar selalu mengharapkan anaknya untuk menjadi yang “sempurna”, menjadi yang “terbaik”. Padahal hal tersebut belum tentu menjamin kebahagiaan anak.

Orang tua biasanya terus-menerus menekan anak untuk mendapatkan hasil yang paling sempurna. Hasil ujian harus 10. Ikut lomba harus menang, setiap semester harus jadi juara kelas. Oke, bila anak Anda bisa mencapainya. Namun bagaimana bila anak tidak bisa mencapainya? Haruskah orang tua terus-menerus menekan anak agar ia bisa mencapai standar sempurna yang diinginkan orang tua? Jika demikian yang Anda lakukan, maka Anda bukan mendidik anak, melainkan Anda hanya membesarkan anak menjadi apa yang Anda mau.

Kebiasaan orang tua yang selalu menginginkan anak untuk sempurna tidak hanya memberikan tekanan mental bagi anak sehingga membuat anak menjadi stress, namun juga dapat mengganggu perkembangan mental anak untuk terbiasa melakukan cara apapun agar bisa mendapatkan apa yang dinamakan “terbaik” dan “sempurna” itu. Justru yang perlu Anda lakukan adalah mengajarkan kepada anak untuk bersyukur atas setiap hasil yang telah dicapainya. Bersyukur untuk setiap prestasi dan proses yang telah dilakukannya. Dengan terbiasa bersyukur, anak akan menjadi lebih bahagia. Jauh dari perasaan tertekan, menderita, dan akan lebih positif lagi dalam memandang hidup.

Biarkan anak berekspresi

Yang dimaksud membiarkan anak berekspresi di sini bukanlah membiarkan anak melakukan apapun yang mereka sukai. Namun meberikan ruang dan kesempatan kepada anak untuk mengeskpresikan apa yang menjadi keinginan dan cita-citanya. Mengeskpresikan ide-ide kreatifnya, mengekspresikan suara dan pendapatnya. Hal ini baik untuk semakin mengasah daya kreativitas anak. Anak juga menjadi tidak tertekan, lebih bahagia, dan bisa menikmati pilihannya. Andaikan pun pilihan anak salah, bukan berarti Anda harus menghakimi anak. Bukankah seseorang untuk bisa menjadi “pandai” dan “lebih baik” itu harus melewati sebuah proses? Jatuh dan salah adalah salah satu proses dalam kehidupan agar bisa bermetamorfosis menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Ada orang yang berpendapat bahwa mendidik anak layaknya bermain layang-layang. Terkadang harus ditarik, ditahan, dan terkadang harus sedikit dilepas (diulur) agar bisa lebih tinggi. Bila analoginya demikian, mendidik anak berarti sebaiknya juga sedikit dilepas (dibiarkan berekspresi), ada kalanya harus ditahan dan ditarik bila apa yang dilakukan anak memang bisa membahayakan anak. Intinya, anak menjadi lebih pandai, lebih berani, dan lebih tahu apa yang diinginkannya bila ia dibiarkan untuk berekspresi. Bila anak sudah tahu apa yang menjadi tujuan dan pilihannya, maka ia akan lebih bisa menikmati hidupnya dengan bahagia.

Menjaga kedekatan dan kehangatan hubungan orang tua-anak

Hubungan yang dekat antara anak dan orang tua merupakan modal yang sangat penting bagi anak untuk bisa menapaki kehidupannya kedepan. Kedekatan dan kehangatan hubungan orang tua dan anak akan menciptakan kelancaran komunikasi antara orang tua-anak. Sehingga, saat anak menghadapi problem dan kendala dalam hidupnya, orang tua tidak berdiri di hadapan anak melainkan berdiri di dekat anak layaknya seorang sahabat.

Adalah penting bagi orang tua agar anaknya juga bisa menjadi sahabatnya. Bayangkan akan menjadi lebih berbahaya bila anak cenderung lebih percaya pada temannya, dan bersikap tertutup kepada Anda karena hubungan Anda dengan anak yang memang tidak dekat. Kedekatan dan kehangatan dengan anak juga akan menumbuhkan rasa aman dalam diri anak. Perasaan aman dan nyaman tersebut membuat anak menjadi lebih positif dan lebih bahagia dalam hidup.

Jaga kesehatan mental Anda dan anak Anda

Menjadi orang tua itu memang tidaklah mudah. Mendidik dan membesarkan anak bukanlah perkara yang gampang. Adalah wajar bila terkadang ada orang tua yang merasa depresi, tertekan karena beban berat yang di pikulnya sebagai orang tua.

Belum lagi ditambah berbagai problem dalam hidup seperti tuntutan memenuhi kebutuhan ekonomi, masalah pekerjaan atau masalah lainnya tak jarang membuat orang tua stress. Bila memang hal tersebut yang terjadi pada Anda, segera atasi dan jangan dibiarkan berlarut-larut, karena hal tersebut bisa mengganggu kesehatan mental Anda dan pada akhirnya juga bisa mengganggu kesehatan mental anak Anda.

Orang tua yang depresi biasanya juga tanpa sadar menerapkan pola didik/parenting yang negatif kepada anak. Orang tua yang depresi biasanya juga cenderung akan memperlihakan contoh-contoh yang buruk kepada anak. Hal seperti ini tentunya akan berpengaruh pula pada perkembangan mental anak. Sebisa mungkin jagalah selalu kesehatan mental Anda dan tentunya anak Anda bila Anda menginginkan anak tumbuh lebih sehat, ceria dan bahagia.

Memelihara keharmonisan Ayah dan Ibu sebagai pasangan

Keharmonisan orang tua sebagai pasangan juga berperan penting untuk mewujudkan kebahagiaan anak. Banyak kasus anak tumbuh menjadi pribadi yang terganggu secara psikologis akibat keretakan hubungan atau bahkan perceraian orang tua. Bila setiap hari yang disuguhkan kepada anak adalah pertengkaran dan perselisihan orang tua tentunya hal itu pulalah yang akan tertanam dalam diri anak dan menjadi contoh bagi anak untuk cenderung mudah melakukan pertengkaran dan perselisihan. Kehangtan dan kebahagiaan suasana dalam keluarga tentunya penting dan bermanfaat positif bagi perkembangan mental dan psikologis anak.

Ajari anak tentang kasih sayang

Ajarkan kepada anak tentang kasih sayang dan bagaimana caranya memberi kasih sayang. Tunjukkan cinta dan kasih sayang kepada anak Anda setiap hari. Jangan ragu untuk mengucapkan kata-kata sayang kepada anak Anda. Jangan hanya sekedar merasa sudah mencintai anak, namun pastikan bahwa anak Anda tahu dan merasakan bahwa dirinya dicintai oleh Anda. Hal ini tentunya bisa membuat anak menjadi pribadi yang bahagia karena merasa dicintai dan diterima. Menjalin kedekatan dan kehangatan hubungan antara orang tua-anak juga merupakan salah satu cara orang tua untuk mengajari anak tentang cinta dan kasih sayang.

Dengan mengajari anak cinta dan kasih sayang, Anda juga telah mengajarkan kepada anak bagaimana caranya memberi kasih sayang untuk orang lain (sesama) dan untuk dirinya sendiri. Secara psikologis, mencintai merupakan hal yang dapat membuat kita merasa bahagia. Karena saat kita mencintai, tubuh akan melepaskan oksitosin, hormon yang bisa membuat kita merasa nyaman, tenang, dan bahagia.

Anak juga perlu dibiasakan untuk mencintai dirinya sendiri. Tentu yang dimaksud di sini bukanlah egosentri atau mencintai diri sendiri secara berlebihan. Melainkan adalah menghargai dan menghormati dirinya sendiri. Anak yang juga mencintai dirinya sendiri tidak akan mudah depresi saat mengalami suatu masalah. Ia juga tidak cenderung menyalahkan diri sendiri atau bahkan melakukan tindakan yang cukup ektrim sampai bunuh diri atau narkoba misalnya saat menghadapi masalah.

Anak yang mencintai dirinya sendiri akan menjadi lebih bahagia dan bisa menikmati hidupnya. Ia mampu menyadari bahwa dirinya adalah makhluk yang perlu dibahagiakan bukan dizholimi dengan berbagai tekanan dan hal negatif yang bisa merusak diri akibat masalah apapun yang dihadapinya.

Anak yang bisa mencintai dan menyayangi dirinya sendiri akan melihat tantangan sebagai kesempatan untuk bisa semakin maju kedepan bukan rintangan yang akan menyurutkan langkahnya. Anak yang mencintai dan menyayangi dirinya sendiri akan lebih berfokus pada solusi saat dihadapkan pada masalah bukan pada beratnya masalah itu sendiri.

Banyak bermain dengan anak

Dunia anak adalah dunia bermain. Dengan bermain anak akan menjadi lebih ceria dan bahagia. Dengan bermain pun anak akan menjadi pintar dan kreatif karena ia bisa belajar banyak hal dari aktivitasnya saat bermain. Permainan yang dibutuhkan anak bukan hanya aneka permainan atau barang-barang yang katanya edukatif untuk anak. Anak-anak juga butuh Anda, orang tuanya sebagai mainan favorit yang paling disukainya. Dengan banyak bermain dengan anak, Anda akan menciptakan anak yang bermental sehat, ceria, gembira, jauh dari stress, dan tentunya lebih cerdas.


10 Januari 2014

Perlunya Mengetahui Keinginan Terbaik Anak

Mengapa perlu mengetahui keinginan anak ? Keriangan dan kelucuan, juga keluguan anak-anak sering kali membawa kerinduan. Kita sebagai orang tua seakan ingin sekali berada dalam kasih sayang anak dan tak ingin terlepas dari mereka. Apalagi ketika kita tidak bisa bertemu anak secara tatap muka dalam waktu yang lama.

Kangen.

Jauh dari tegur sapa anak, jauh dari kelucuan dan keriangan yang mereka ciptakan.
Dan, dunia kecil seperti itulah yang seharusnya Anda jaga. Anak-anak tetap dalam kerangka dunia mereka sendiri ketika mereka menerima bimbingan atau didikan dari orang tua, guru, maupun pengasuh lainnya.

Jangan tinggalkan dunia anak.

Jangan rebut masa kecil dan masa ceria mereka dengan hal lain yang merusak.

Ketika anak-anak tumbuh terlalu cepat, atau lebih cepat dewasa, mungkin Anda perlu waspada. Bukankah buah yang cepat dibuat matang secara sengaja, tidak alami, jauh beda rasanya ketika si buah tumbuh dan berkembang dengan sewajarnya. Memang perlu proses lebih lama dan Anda perlu menyikapinya.

Begitupun dunia anak. Anda memang berhak memilih cara mana yang baik untuk mendidik mereka. Namun, buatlah “ruang rindu” itu benar-benar bermakna dengan keluguan mereka. Kalau toh mereka harus belajar untuk menyikapi hidup yang lebih berat, buatlah ruang ceria yang membawa kerinduan itu tidak sirna begitu saja.

Banyak anak terpaksa bekerja demi sesuap nasi.

Banyak anak dimanfaatkan untuk popularitas orang tua mereka.

Banyak anak dipaksa pula untuk cepat tenar, cepat terkenal, cepat menjadi artis-selebriti.

Anda tinggal memilih mana yang terbaik untuk anak dan diri Anda. Namun, sebisa mungkin jangan paksa mereka untuk melakukan sesuatu di luar kemampuannya. Mereka akan terasa kaku melakukannya, terasa dipaksakan dan merusak perhatian mereka terhadap kualitas diri sendiri.

Ketenaran dan Pembelajaran

Orang tua ingin tenar, ingin terkenal sebagai orang yang berhasil mendidik anak. Untuk tujuan ini, jangan terjebak pada memaksakan kehendak. Tetap biarkan anak-anak menjadi pemenang sejatinya, jangan dipaksa menjadi orang sukses karena orang tuanya ingin menonjol. Ingin dikenal banyak orang.

Sebaiknya, anak tetap di didik dalam kerangka pembelajaran. Biarkan mereka belajar banyak hal, termasuk belajar untuk menjadi terkenal, melalui proses yang wajar. Jangan mengorbit dengan cepat namun dipaksakan. Ketenaran akan didapat si anak hanya dalam sekejap; otomatis ketenaran orang tua pun dinikmati sekejap.

Pembelajaran adalah proses seumur hidup. Ketika si anak mulai dini diperkenalkan dengan proses perjuangan, proses belajar banyak hal, ketika dewasa mereka akan terbiasa dengan proses jatuh-bangunnya perjuangan hidup. Mereka menjadi pribadi yang tegar.

Keberhasilan akan awet mereka rasakan karena mereka akan terbiasa mempertahankan dan mengembangkan keberhasilan itu. Anak-anak juga akan selalu menghargai proses, terlebih proses untuk berhasil itu melewati jalan yang berliku. Anak-anak Anda menjadi pribadi yang tangguh dan menyenangkan.

Jadi, tidak ada salahnya juga Anda memadukan ketenaran dan pembelajaran. Asalkan semua itu dilewati si anak dengan jalan yang benar, tepat sesuai kepribadiannya, dan tidak dipaksakan, mereka akan memetik sukses. Anda akan tenar, anak pun terkenal, terutama dikenal di sekeliling pergaulan Anda dan anak Anda.

Semoga, keberhasilan itu pun menginspirasi anak-anak lain untuk melakukan proses yang sama; dan kebahagiaan akhir dari proses itu. Keinginan Anda tercapai, keinginan anak juga terwujud.

Selangkah demi Selangkah Tak Apalah!

Mewujudkan keinginan Anda untuk mendidik anak agar si kecil juga bisa mewujudkan keinginannya, lakukan sesuai kemampuan Anda. Lihatlah kemampuan anak Anda. Perhatikan minat dan bakat anak. Kenali potensi terbaik yang dimiliki anak Anda.

Untuk mengenal “seluk-beluk” anak Anda, tak perlu tergesa-gesa. Lakukan selangkah demi selangkah tak apalah. Mungkin Anda bisa mengatur target dalam kerangka tahapan waktu yang jelas, pada tahap mana Anda ingin mengenal kemampuan anak. Lalu pada tahap berikutnya Anda mencoba mendalami bakat anak, dan seterusnya. Langkah ini membuat Anda bisa agak “nyantai”, tidak memaksakan diri secepat mungkin memahami pribadi anak.

Hal yang dilakukan dengan tergesa-gesa kadang kala sulit membuahkan hasil maksimal, bukan? Oke, selangkah demi selangkah saja coba kenali anak-anak Anda luar-dalam.

27 Desember 2013

Apakah Baik? Liburan Keluarga ke Mall

Pergi ke mall telah menjadi alternatif liburan keluarga modern sekarang ini. Tapi sebenarnya apakah baik mengajak anak-anak dan keluarga mengunjungi mall saat liburan? Mengunjungi mall bersama keluarga bisa saja menguntungkan dan merugikan.

Menguntungkan karena mall merupakan satu kompleks hiburan lengkap. Anda dapat menemukan toko pakaian, toko buku, food court, bioskop, arena bermain anak, dan sebagainya sehingga tidak perlu berpindah-pindah tempat untuk mendapatkan semua yang keluarga Anda inginkan. Anda dan keluarga bisa puas berbelanja, makan, menonton film, dan bermain. Mall seperti tempat pertemuan besar bagi Anda dan keluarga.

Sementara sisi kerugian dari berlibur di mall adalah ketidaknyamanan yang mungkin ditimbulkan. Misalnya suasana yang penuh sesak terutama pada akhir pekan dan hari libur. Ya, terkadang sebagian besar keluarga punya ide yang sama untuk pergi ke mall sehingga menjadi sangat ramai. Keramaian tersebut akan membuat Anda dan keluarga sulit bergerak atau menemukan apa yang dibutuhkan. Selain itu, Anda mungkin juga akan mengalami masalah dengan penuhnya parkir. Bahkan yang lebih buruk, ramainya mall bisa menjadi tempat bagi mulusnya tindak kejahatan seperti pencopetan atau penjambretan. Anda harus benar-benar waspada untuk itu.


Hal lain yang perlu Anda waspadai.


Kemungkinan anak-anak Anda menjadi konsumtif jika terlalu sering diajak berlibur ke mall. Anda sendiri pasti menyadari bahwa sangat sulit untuk menahan keinginan berbelanja. Terkadang bahkan Anda atau salah satu anggota keluarga terjebak membeli barang yang sebenarnya tidak diperlukan. Nah, Anda harus hati-hati dengan sikap tersebut yang mungkin bisa ditiru anak-anak.

Pada akhirnya, mengunjungi mall sebagai alternatif liburan keluarga bagaimanapun boleh-boleh saja. Namun, Anda perlu berhati-hati demi meminimalisir ketidaknyamanan dan kerugian yang mungkin ditimbulkan. Berikut ini tips agar tetap aman dan nyaman ketika memutuskan berlibur ke mall bersama keluarga :

Cari mall yang memiliki sistem keamanan bagus dan lahan parkir yang memadai.


Mall dengan keamanan baik biasanya memiliki cukup banyak anggota security dan dilengkapi dengan kamera CCTV di banyak sudut yang mengawasi kemungkinan adanya tindak kejahatan. Sementara tempat parkirnya dapat menampung banyak mobil dengan teratur meski saat liburan.

Pastikan setiap anggota keluarga berpakaian santai dan tidak memakai perhiasan mahal yang dapat mengundang kejahatan. Selain itu, pastikan Anda menyimpan dompet dengan baik dalam tas dan hindari membawa uang tunai dalam jumlah besar. Hindari berbelanja terlalu banyak, terutama barang-barang berat karena dapat mengurangi keleluasaan bergerak dan memungkinkan terjadinya kecelakaan. Berbelanja terlalu banyak saat bersama anak-anak juga bukan model pembelajaran yang baik.

Waspadalah terhadap orang asing yang mendekati Anda atau anggota keluarga terutama anak-anak untuk alasan apapun. Minta anak-anak untuk selalu dekat dengan Anda dan jangan sampai terpencar.
Semoga tips tersebut dapat membantu Anda menjaga keamanan dan kenyamanan keluarga selama mengunjungi mall. Selamat berlibur.

27 November 2013

Sukses Menjadi Seorang Ayah

Kebanyakan orang berpikir bahwa cinta dan perhatian seorang ibu saja sudah cukup untuk merawat dan membesarkan anak. Tetapi ternyata cinta seorang ayah juga tidak kalah pentingnya bagi perkembangan anak.

Peneliti Profesor Ronald Rohner menyatakan bahwa cinta ayah merupakan kunci sukses perkembangan anak dan berharap temuannya akan memotivasi lebih banyak ayah untuk terlibat dalam merawat anak-anaknya.

"Selama ini seorang ayah berpikiran bahwa posisinya dalam merawat anak adalah sebagai dukungan secara finansial terhadap keluarganya, tetapi hal ini tidak diperlukan untuk perkembangan sehat anak-anak," kata Profesor Rohner seperti dilansir dari dailymail, Kamis (14/6/2012).


Anda harus mulai menjauhi pikiran yang salah tersebut dan menyadari pengaruh ayah terhadap perkembangan anak sangat besar, bahkan terkadang lebih besar daripada ibu. Kesimpulan ini disampaikan setelah Profesor Rohner memeriksa data dari studi ketika anak-anak dan orang dewasa diberi pertanyaan seberapa besar rasa cintanya terhadap orang tuanya.

Banyak masalah perilaku karena pengaruh ketidakdekatan anak dengan ayahnya tersebut yang terbawa ke masa dewasa. Penelitian ini kemudian diterbitkan dalam jurnal Personality and Social Psychology Review.

Cinta seorang ayah sama pentingnya dengan cinta seorang ibu, bahkan pada beberapa kasus mungkin cinta ayah lebih penting. Salah satu alasannya mungkin adalah anak lebih menghormati dan lebih segan terhadap sosok seorang ayah.

Sehingga jika ayah tidak berusaha dekat dengan anaknya dan malah bersikap dingin, hal ini akan lebih menyakitkan bagi kesehatan mental dan psikologi anak. Sikap penolakan oleh ayah di masa kecil memiliki efek yang kuat dan konsisten pada pembangunan kepribadian seseorang

"Anak-anak yang merasa tidak dicintai cenderung menjadi cemas, tidak aman, memicu kemarahan dan kebencian serta dapat menyebabkan anak menutup diri secara emosional dalam upaya untuk melindungi diri dari sakit hati yang lebih lanjut," kata Profesor Rohner.


Hal ini dapat membuat anak kesulitan dalam bergaul dan membentuk hubungan dengan orang lain. Anak bisa menderita rendah diri dan kesulitan untuk menangani situasi stres. Tidak seperti sakit secara fisik, orang yang pernah memiliki masalah psikologis dapat menghidupkan kembali rasa sakit emosional akibat bahkan setelah bertahun-tahun.

Berikut 7 konsep praktis untuk menjadi orangtua yang sukses mendidik anak, seperti dilansir dari naturalnews, Senin (18/6/2012) antara lain:


Jadilah konsisten


Anak selalu ingin tahu hal-hal baru yang masih asing baginya dan akan menanyakan banyak hal kepada Anda. Sebagai orang tua, Anda harus konsisten terhadap jawaban Anda. Jangan sekali-kali menjadi orang tua yang plin-plan ketika menjawab pertanyaan anak yang dilontarkan berulang kali.

Tetapkan batas


Batasan disini dapat berupa peraturan maupun proteksi fisik terhadap anak. Menurut Jim Cunningham, seorang penulis, penelitian pengaruh pagar pembatas taman bermain di sekolah terhadap anak.

Ketika pagar dihilangkan, anak-anak cenderung cemas dan meras tidak aman dalam bermain. Ketika keesokan harinya pagar tersebut kembali di pasang, anak merasa aman kembali dan bermain dengan bebas di taman.

Sama seperti proteksi fisik tersebut, dalam hati anak juga merasa tidak ingin hidup di dunia tanpa batas. Anak-anak ingin orang tuanya menetapkan batasan untuk melindungi, memelihara dan membimbing dirinya hingga menjadi dewasa.


Jangan memaksa anak menjadi seperti diri Anda


Seringkali orang tua menganggap bahwa anak-anaknya merupakan versi kecil dari dirinya. Orang tua cenderung memperlakukan anaknya sesuai dengan apa yang diinginkannya ketika masih kanak-kanak.

Padahal anak Anda tentu berbeda dengan Anda ketika muda karena perbedaan generasi dan lingkungan juga yang mempengaruhi sifat anak. Harapan orang tua tersebut biasanya hanya mengarah pada kekecewaan karena tidak sesuai dengan bayangan Anda.

Mendorong perilaku positif pada anak


Orang tua hendaknya mencari tau hal-hal baik dan yang tidak pada anak. Kemudian Anda perlu mendorong perilaku positifnya dengan cara memberikan pujian dan sebagainya.


Memberikan sedikit hukuman terhadap kesalahan anak


Jika anak melakukan kesalahan sekali atau dua kali, Anda hanya perlu menasehatinya saja dan memberitahu hal yang benar. Tetapi jika kesalahan anak tersebut terus diulangi, Anda dapat memberikan sedikit hukuman yang sifatnya positif seperti mengurangi jam bermainnya di luar. Hal ini akan membuat anak Anda berpikir ulang untuk melakukan kesalahan yang sama.

Jangan timbulkan kesenjangan antara kedua orang tua


Jika ibu mengatakan tidak dan ayah mengatakan iya, anak akan cenderung mendekat ke ayah karena mendapatkan apa yang diinginkannya. Orang tua harus sepaham dalam mengajar dan mendidik anak.

Tujuannya adalah agar tercipta kestabilan dalam keluarga. Ini mungkin sulit jika anak dihadapkan dalam situasi perceraian, tetapi demi anak-anak kedua orang tua harus mengesampingkan perbedaan dan sepaham.

Jaga perilaku Anda


Anak-anak cenderung megikuti perilaku orang tuanya. Jika Anda berbohong, menipu, mengumpat, mencuri, atau bahkan membuat pilihan gaya hidup yang tidak sehat, anak cenderung berpikir bahwa tidak apa-apa jika melakukan hal yang sama dengan orang tuanya.


jadilah seorang ayah yang super hebat untuk anak yang anda sayangi dan cintai

10 November 2013

Mengatasi Kecanduan Game Pada Anak

Pernahkah kita bertanya secara spesifik kenapa anak dan remaja bahkan orang dewasa kecanduan game? Mungkin jawaban sederhananya adalah game itu mengasyikan dan seru-seru model permainannya.

Sekilas jawabannya baik dan masuk akal. Tetapi yang berkembang belakangan ini game sudah lebih jauh dari sekedar seru dan asyik. Ada apa disana dan kenapa lebih asyik? Karena sekarang disana ada kehidupan dan dunianya sendiri.


Memiliki buah hati yang kecanduan game pasti membuah anda harap-harap cemas. Prestasi anak di sekolah menurun dan anak menjadi kuper karena kurang bersosialisasi adalah dua contoh akibat negative dari kecanduan game.

Apa yang dapat anda lakukan untuk mengurangi kecanduan game yang dialami putra putri anda? Menurut Kimberly Young, PsyD, seorang konsultan pada Center for On-Line Addiction, seperti yang dikutip dari laman webmd.com, mengatasi problem kecanduan game sama dengan mengatasi problem kecanduan pada makanan.

Anak yang mengalami kecanduan game harus belajar untuk hidup dengan game. Tentu saja anak tidak bisa sepenuhnya lepas dengan game; tetapi bagaimana anak tetap bermain game pada batas yang wajar.



Keith Bakker dari Smith & Jones Addiction Consultant lantas menyarankan agar anda membatasi jam bermain komputer anak. Mungkin pada awalnya mereka akan protes atau bahkan membenci apa yang dilakukan anda. Namun, dengan sedikit ketegasan dan disiplin yang anda terapkan, lama kelamaan anak akan terbiasa dengan aturan tersebut.


Sebelum melakukan pembatasan jam bermain komputer tersebut juga harus diikuti dengan penjelasan yang relevan. anda harus mengingatkan bahwa bermain game secara terus menerus tidak berdampak positif. anda juga bisa mencontohkan beberapa dampak negatife dari kecanduan game.


Ada tips yang bisa anda praktekkan dalam keseharian anda dan anak anda.



  • Sediakan waktu dan kebersamaan dengan anak lebih banyak, menemani anak di rumah. Jika Anda sangat sibuk, aturlah sedemikian rupa. Anggap saja anak anda sedang “sakit” dan perlu ditemani.

  • Mengembangkan cara berkomunikasi yang lebih enak dan nyambung dengan anak.

  • Berusaha memahami kebutuhan anak, termasuk bahasa anak. Menyelami game-game yang dimainkan supaya bisa menjadi pintu masuk anda bicara dengan anak.

  • Rencanakan waktu untuk makan bersama dan rekreasi bersama. Saat ngobrol dengan remaja yang enak adalah saat situasi mereka juga enak, saat makan dan santai.

  • Jangan bicara apalagi dengan marah-marah kepada anak saat mereka sedang main game. Hal itu justru membuat mereka bertambah terluka. Berusaha bicara dengan menatap anak dengan kasih sayang.

4 Oktober 2013

Tips Membuat Anak Penurut Agar Mendengar Perintah Orang Tua

Mendidik anak disamping dengan contoh juga dengan kata-kata, bisa dengan perintah, nasehat, arahan. namun sayangnya niat kita tidak selalu disambut oleh sang anak yang lebih memilih dengan kesenangan mereka sendiri.

Kadang kita sering kesal sendiri karena anak tidak mau mendengarkan kita, yang ujung-ujungnya kita menjadi emosi dan memarahi sang anak.

Tetapi dengan tips dibawah ini mungkin bisa membuat pekerjaan mendidik anak kita lebih efektif, dengan cara-cara yang sederhana, tentu kuncinya adalah sabar. Saya kutip dari situs Ask Dr Sears berikut adalah tips supaya anak bisa mendengarkan orang tuanya:

  1. Jalinlah Kontak Langsung dengan anak Sebelum kita menasehati anak lakukanlah dengan terlebih dahulu menjalin kontak dengan anak, jongkoklah sehingga terjadi kontak mata sejajar agar kita mendapatkan perhatiannya. Ajari anak bagaimana harus fokus: "Sini, liat mata mama'  atau "Coba mana telinganya." Lakukan hal yang sama ketika kita mendengarkan mereka. Tetapi jangan melakukan kontak mata terlalu tajam yang bisa dipersepsikan oleh anak sebagai suatu langkah mengendalikan bukan menghubungkan.

  2. Panggillah Anak dengan nama mereka Sebutlah nama anak kita ketika kita meminta sesuatu kepada anak, "Budi, tolongin mama sebentar.."

  3. Gunakanlah perintah yang singkat kepada anak. Gunakanlah perintah yang singkat dengan meletakkan inti perintah kita di kalimat pembuka. Semakin kita melantur (ngomel) anak akan semakin tidak mendengarkan. Terlalu banyak bicara adalah kesalahan yang sangat umum ketika kita membicarakan suatu masalah. Hal ini akan memberi kesan pada anak bahwa kita tidak yakin dari apa yang ingin kita katakan. Dan kita pun semakin melantur.

  4. Sederhana Gunakan kalimat-kalimat pendek dengan satu suku kata. Perhatikan bagaimana anak kita berkomunikasi dengan satu sama lain, Bila anak Anda terlihat tidak tertarik, kita tidak lagi dimengerti dan didengar oleh anak.

  5. Mintalah anak untuk mengulangi perintah kita Jika anak tidak bisa, periksa mungkin perintah kita terlalu panjang atau rumit

  6. Lakukanlah Penawaran yang anak tidak bisa menolak Misalnya kita bisa memberikan perintah: ‘Ayo buruan pake bajunya, nanti abis ini kita main keluar'. Jadi kita memberikan perintah yang beralasan, yang menguntungkan dan yang memang mereka inginkan. Daripada kita sekedar memerintahkan untuk pakai baju maka dia akan cenderung untuk menolak.

  7. Gunakan kalimat positif Hidarilah kata 'JANGAN'. Misalnya "Eh jangan lari-larian!". Cobalah dengan kata dengan: ‘Kalau di dalam rumah kita jalan, tapi kalau di luar rumah boleh lari.'

  8. Gunakan kalimat perintah dengan “Saya ingin”. Misalnya untuk mengatakan ‘Turun!’, gantilah dengan kalimat: ‘Mama pengen kamu turun’. Atau, ‘Sekarang giliran Nina!, cobalah dengan kalimat: ‘Sekarang mama pengen adek gantian ya dengan Nisa". Cara seperti ini cocok untuk anak-anak yang ingin menyenangkan orang tapi tidak suka diperintah. Dengan mengatakan, ‘Mama pengen,’ kita memberi pengertian kepatuhan bukan hanya diperintah.

  9. "Jika..Lalu." ‘Abis Dede' gosok gigi, tar mama bacain cerita ya". ‘Kalo PR nya udah selesai, abis itu boleh nonton. Kata ‘setelah’ menyatakan bahwa kita mengharapkan ‘kepatuhan’, lebih efektik dibandingkan kata ‘jika/kalau' yang menunjukkan adanya pilihan dalam diri anak padahal kita tidak memberikan pilihan.

  10. Jangan langsung Perintah (kaki dulu baru mulut) Jangan langsung perintah tetapi hampirilah dahulu anak kita sebelum kita menggunakan mulut untuk memerintah. Misalnya untuk perintah "Matiin TV nya, waktunya shalat".  Hampirilah terlebih dahulu anak kita di ruang tv nya, ikut nonton sebentar beberapa menit, setelah jeda iklan, suruh anak untuk mematikan tv. Menghampiri anak menandakan kita serius tentang permintaan kita, dibandingkan hanya dengan memerintah dari jauh.

  11. Berikan Pilihan "Mau Mandi dulu apa sikat gigi dulu?' 'Pakai baju biru apa merah?"

  12. Berbicara sesuai perkembangan anak Semakin muda anak kita, maka arahan kita harus semakin pendek dan sederhana. Pertimbangkan tingkat pemahaman anak kita. Misalnya suatu kesalahan yang terjadi adalah ketika kita bertanya kepada anak umur tiga tahun dengan menanyakan "Kenapa kamu lakukan itu? suatu pertanyaan yang orang dewasa pun belum tentu bisa memberikan jawaban. Cobalah dengan bertanya, "Coba mama mau denger dede ngapain tadi?

  13. Berbicara dengan sopan Anak 2 tahun pun bisa diajari "minta tolong". Ajarkanlah anak untuk bersikap sopan. Jangan sampai anak menganggap bahwa sopan santun itu sebuah opsional. Berbicaralah kepada anak dengan cara yang sama sebagaimana yang juga kita harapkan dari mereka.

  14. Berbicara dengan memperhatikan psikologi yang benar Bentuk-bentuk ancaman dan menghakimi cenderung akan menempatkan anak pada posisi defensif. Kata "Kau" akan membuat anak bungkam. Sebaliknya kata "Aku" mengandung hal yang tidak menuduh. Sebaiknya daripada menggunakan "Kamu sebaiknya kerjain ini... atau " Kamu harus.. lebih baik katakanlah "Saya ingin..." atau "Saya seneng kalau kamu..". Atau daripada mengucapkan "Kamu harus membersihkan meja" tetapi katakanlah "Saya ingin kamu membersihkan meja". Jangan pula menawarkan pertanyaan ketika jawaban negatif bukan pilihan, "Maukah kamu mengambilkan baju?. Katakan saja. "tolong angkat mainannya".

  15. Berbicara dengan Tulisan Mengingatkan anak bisa dianggap sebagai omelan bagi anak-anak. Khususnya bagi anak-anak remaja yang bisa menganggap mereka seakan-seakan seperti 'budak' yang terus diperintah-perintah. Cobalah mengingatkan dengan cara lain yaitu berbicara tanpa bersuara misalnya dengan tulisan di secarik kertas, tinggalkan pesan yang sedikit lucu pada anak, kemudian kita kembali pada aktifitas kita.

  16. Bicara dengan pelan Ketika anak marah, semakin mereka berteriak maka maka kita harus semakin kalem. Biarkan anak berteriak dan tanggapi dengan 'ya mama mengerti" atau "mana yang bisa dibantu?". Kadang-kadang hanya dengan menjadi pendengar yang baik hal itu bisa meredakan keributan. Jika kita menanggapi dengan cara yang sama, maka kita akan mengahadapi dua amukan. Jadilah orang dewasa untuk mereka.

  17. Tetap menjadi pendengar Sebelum memberi arahan pada anak, seimbangkanlah dulu emosi kita. Jika tidak maka kita akan membuang-buang waktu energi kita. Kita tidak akan didengar oleh anak ketika anak dalam emosi yang tidak baik.

  18. Ulangi terus arahan kita Anak perlu diberitahu seribu kali. Anak di bawah dua tahun kesulitan untuk menangkap arahan kita. Kebanyakan anak tiga tahun mulai bisa menyerap arahan kita sehingga apa yang kita perintahkan mulai bisa diserap. Tetapi ketika anak sudah menginjak lebih dewasa kurangilah intensitas perintah dan berulang-ulang, hal itu akan dianggap sebagai omelan.

  19. Biarkan anak berpikir sendiri Daripada mengatakan "Jangan sampai mainanmu ini sampai menumpuk", cobalah katakan, "Adek, coba inget-inget dimana adek menyimpan mobil-mobilannya. Membiarkan anak berpikir sendiri akan menciptakan pelajaran yang lebih baik.

  20. Gunakan perintah dalam bentuk sajak Misalnya: Bangun tidur ku terus mandi, tidak lupa menggosok gigi dst... dll.

  21. Berikan Pilihan yang disukai "Adek jangan main ke jalan, mainnya ke ayunan aja ya"

  22. Berikan kalimat khusus "Adek mau tidur dulu, bilang ‘bye-bye’ ke mainanmu, ‘bye-bye’ ke teman-temanmu.’

  23. Gunakan pertanyaan yang menarik untuk anak yang bungkam Pilihlah kalimat yang tepat untuk anak yang pikiran dan mulutnya sedang tertutup. Pilih hal yang membuat anak kita antusias, ajukan pertanyaan yang jawabannya tidak sekedar ya, buatlah yang lebih spesifik. Misalnya: "Seneng ga tadi di sekolah? cobalah dengan menanyakan "Apa aja tadi yang menyenangkan di sekolah?

  24. Gunakan rumus “Ketika… saya merasa... karena" Contoh, ‘Aduh Adek tau ga, pas adek tadi lari ke luar, Mama takut banget, khawatir karena tadi banyak banget mobil.

  25. Perlu ketegasan perintah Jika benar-benar ada hal yang tidak bisa didiskusikan lagi, katakan dengan tegas pada anak. Mama ga akan mengulangi lagi perintahnya, maaf/ kita akan menghemat energi dan emsi kita. begitu juga dengan anak kita.

30 September 2013

Merawat Kesehatan Gigi Anak Anda

Merawat gigi anak ternyata gampang-gampang susah. Pengetahuan tentang pertumbuhan gigi bagi orangtua pun tak kalah penting. Kerapian dan keindahan gigi seseorang tak bisa lepas dari faktor genetik

Pertumbuhan gigi sendiri dimulai dengan munculnya gigi susu sejak usia 2 bulan sampai 2 tahun.

Jumlah gigi susu biasanya 20 buah, 10 gigi atas dan 10 gigi bawah. Pertumbuhan gigi susu dimulai dengan gigi seri bagian bawah, disusul gigi seri bagian atas. Selanjutnya, tumbuh gigi seri susu ke-2, baru kemudian tumbuh geraham susu di usia usia 8-9 bulan. Gigi susu yang terakhir tumbuh adalah gigi taring susu. "Semua gigi susu ini nantinya akan digantikan oleh gigi dewasa (gigi tetap), yang tumbuh mulai usia 6 12 tahun, meskipun terkadang lebih.

Pertumbuhan gigi tetap biasanya diawali oleh gigi seri, baru kemudian geraham kecil. Jadi, sehabis gigi seri, dilanjutkan geraham kecil bawah, geraham kecil atas, baru kemudian taring. Selain itu, ada pula geraham tetap, yang tidak menggantikan gigi susu, yang mulai muncul di usia sekitar 6 tahun. "Ini yang oleh orang-orang sering disangka sebagai gigi susu, padahal sebetulnya gigi tetap. Akibatnya, di usia 8-9 tahun, geraham tetap ini umumnya sudah rusak. Padahal, kalau sudah rusak, tidak ada gigi yang menggantikan.

Gigi yang tumbuh terakhir adalah gigi taring, biasanya di usia 9-12 tahun. Sering terjadi, rahang sempit, sehingga taring akhirnya tumbuh sebagai gingsul. "Ini karena tidak ada tempat lagi untuk taring tumbuh, ditambah adanya dorongan, akhirnya muncul gingsul,". Orangtua sering menganggap gingsul sebagai sesuatu yang mengganggu, sehingga memutuskan untuk mencabutnya. Padahal, taring ini merupakan sudut estetik wajah seseorang. Kenapa? "Karena taring memiliki akar paling panjang, sehingga kalau dicabut, tulang wajah akan berubah karena kempot, sehingga sering jadi kelihatan lebih tua." Kalau mau diperbaiki, yang dicabut biasanya geraham kecilnya, bukan taringnya.


PENTINGNYA FLUORIDE


Fluoride sangat penting untuk memperkuat enamel gigi, sehingga gigi tak gampang rusak. Fluoride bisa diberikan dalam bentuk gel atau pil. "Biasanya dimulai sejak anak berusia setahun atau dua tahun, dan diulang setahun kemudian,". Di usia 2 tahun, biasanya gigi anak masih bagus, sehingga proses fluoridasi bisa maksimal.

Pasta gigi juga mengandung fluoride. "Tapi, biasanya anak nggak terlalu suka pasta gigi yang rasanya pahit. Mereka lebih suka pasta gigi yang memiliki rasa, misalnya rasa stroberi, orange, dan sebagainya. Padahal, kadar fluoride pasta gigi dengan rasa seperti itu biasanya sedikit."


Jika sudah menginjak umur diatas 4 tahun pasti dia akan mulai menyukai konsumsi makanan manis seperti coklat, permen dan biskut. Kalau tidak diatur, mengkonsumsi makanan seperti itu ternyata tidak baik untuk perkembangan gigi.

Makanan manis dapat membuat gigi seorang anak dengan mudahnya menjadi keropos dan menjadi kuning. Gigi anak yang kuning atau kecoklatan akan berdampak buruk pada kepercayaan diri dia saat berinteraksi sosial. Maka dari itu, memiliki tips untuk membuat gigi anak Anda lama-kelamaan akan putih kembali dan pastinya anak Anda dapat percaya diri memberikan senyumnya untuk Anda dan teman-temannya.

Ikuti saja tips berikut :



  • Buatlah jadwal dengan dokter gigi jika kerusakan gigi anak sudah lumayan parah agar mendapatkan perawatan khusus seperti penghilangan noda dan kerak.

  • Gunakanlah pasta gigi khusus memutihkan gigi. Hal ini sangat berguna karena pasta gigi akan berfokus pada penghilangan noda pada gigi. Cobalah memilih beberapa pasta gigi yang cocok untuk anak Anda.

  • Oleskan whitening strip ke giginya. Dokter gigi anak, menyarankan anak-anak di atas usia 5 tahun ke atas dapat menggunakan strip dua kali sehari selama 30 menit dan selama 14 hari untuk hasil terbaik.

  • Ajarkan anak Anda untuk menggosok gigi secara teratur sehari dua kali agar tidak ada kuman yang menyerang giginya. Perlu Anda ingat bahwa jangan terlalu banyak menggosok gigi dalam satu hari usahakan maksimal tiga kali karena terlalu sering menggosok gigi juga berakibat menpiskan lapisa email pada gigi anak.


" Mengajarkan anak merawat kesehatan gigi harus dimulai sejak dini. Hal itu karena jika ia mengalami masalah pada gigi, pertumbuhannya bisa terhambat. Struktur gigi dewasanya kelak, juga bisa kurang baik. Untuk itu, jangan abaikan kesehatan gigi anak ".

28 September 2013

Mengapa Setiap Anak Ingin LEGO Superhero

Superheros selalu membunyikan lonceng di dunia anak-anak. The Indestructible Superman, jenius ilmiah dari ironman, diam merenung diri dari Batman yang sejauh dihidupkan oleh Nolan & jenis dalam film.

Sekarang ada datang seri mainan superhero dengan action figure biasa-rinci, yang layak naik ke rumah Anda. Angka-angka menghidupkan imajinasi anak Anda saat mereka bermain dengan superhero favorit mereka.

LEGO yang membuat mereka bersemangat. Mainan LEGO telah favorit anak-anak di seluruh dunia selama bertahun-tahun sekarang. Produk unggulan perusahaan dengan batu bata interlocking berwarna-warni bisa diperbaiki dalam banyak cara yang berbeda untuk membangun gedung & kendaraan.

Bahkan, potongan set LEGO dapat ditemukan berserakan di sebagian besar rumah tangga dengan bayi yang. Meningkatkan popularitas perusahaan dengan anak-anak naik tingkat yang lebih tinggi dengan pengenalan LEGO superheroset.

Ada seri lain yang berfokus pada komik Marvel & karakternya seperti Avengers, X-men & Spiderman. Angka-angka ini sekarang kustom dibentuk untuk mendapatkan kehidupan seperti tayangan dari karakter yang sebenarnya.

Lego Superhero set adalah kategori. Ada seri dengan angka tindakan & tokoh mini karakter yang datang dalam komik DC. Komik DC fokus pada Batman, Superman & Green Lantern. Seri LEGO DC komik menghasilkan sebuah array karakter, kendaraan & efek yang digunakan dalam film seperti Bat ponsel miniatur & Dua muka.

LEGO membawa pria kehidupan karakter, semangat & kekuatan. Perusahaan dengan set konstruksi baru yang memungkinkan anak-anak untuk menggunakan imajinasi mereka diikat & membangun. LEGO seri 



superhero telah menetapkan tingkat yang baru dalam bisnis pembuatan mainan.


Ini action figure ditembak penjualan melalui atap dengan merilis Dark knight seri baru sejajar dengan rilis film terbaru dalam seri. Setiap film sekarang memiliki serangkaian sendiri mengambil seri mainan superhero ke tingkat baru. Mendampingi film rilis adalah tokoh mainan seperti apa yang terjadi dengan film Superman Man of Steel.

21 September 2013

Cara Mengajarkan Kejujuran Kepada Anak

Apa yang sebenarnya mendorong seorang anak untuk berbohong? Alasannya jelas bukan karena panik. Faktanya, bohong merupakan bagian normal dari Perkembangan Anak.

ALASAN BERBOHONG

Suatu saat jika Anak Anda berbohong, pertimbangkan tiga fakta berikut ini.

“Jujur” atau “berbohong” tidak berarti baginya. Kedua konsep itu sangat sukar untuk dimengerti oleh anak umur ini. Menurut American Academy of Child and Adolescent Psychiatry, sampai mereka berusia 7 atau 8 tahun, anak-anak tidak mengerti bahwa berbohong itu upaya nyata untuk memperdaya seseorang.

Batita adalah pengkhayal. Anak umur 2 dan 3 tahun hidup dalam dunia imajinasi, dan fantasi mereka tampak sangat hidup dan nyata –sehingga mereka sangat mempercayainya. Seorang anak yang terobsesi dengan anjing, mengatakan kepada seseorang di tempat penitipan anak bahwa dia mempunyai seekor anak anjing, padahal tidak benar. Dia betul-betul menyakinkan dirinya sendiri bahwa itu benar adanya.

Mereka menyenangkan hati orang. Ya, batita berbohong untuk menghindari hukuman, tapi mereka melakukan itu juga karena khawatir tentang apa yang akan Anda rasakan (“Mama bahagia jika saya baik - apakah mama akan kurang mencintaiku kalau mendapatiku berbuat hal yang tidak baik?”). Dalam kasus Ari yang membantah mencoret rumah boneka milik kakaknya, “Saya sangat yakin kalau dia berbohong karena tidak suka kakak perempuannya marah padanya –dan dia memang marah!” kata ibunya, Riska.



Untungnya, ada beberapa cara untuk mendapatkan jawaban jujur di luar imajinasi batita Anda. Cara ini dapat mendorongnya untuk lebih berterus terang di masa mendatang.


Jangan bertindak berlebihan.


Menghukum anak seumur ini karena berbohong tidak akan menolong apapun, kerena mereka tidak menyadari kalau telah melakukan hal yang salah, kata Betsy Brown Braun, penulis buku Just Tell Me What You Say: Sensible Tips and Scripts for Perlexed Parents. Kalau Anda bersikap terlalu keras, anak Anda mungkin akan takut mengakui kesalahannya di masa mendatang.

Lebih baik biarkan dia mengakui dirinya tidak memecahkan mainan kakaknya, padahal dialah yang secara jelas melakukannya. Kemudian berbicaralah kepadanya betapa pentingnya menghormati barang milik orang lain.


Jangan bertanya kalau Anda sudah tahu jawabannya.


Bertanya, “Siapa yang menumpahkan jus ini?” ketika anak Anda adalah pelakunya hanya akan menempatkannya pada posisi untuk berbohong. Tapi susunlah pertanyaan dengan tenang, cara ingin tahu (seperti:  “O, ada jus tumpah di atas meja, siapa yang akan membantuku membersihkannya?”) akan membuat anak lebih mudah berterus terang dan mengakui perbuatannya.


Jelaskan mengapa kejujuran itu penting


Meskipun anak Anda tidak bisa menerangkan perbedaan antara kebenaran dan kebohongan, tidak berarti Anda mengabaikan kebohongan yang diucapkannya suatu ketika.  Jika batita Anda tidak mengakui telah menyentuh tempat kue, padahal ada sisa kue dibibirnya, misalnya, jelaskan padanya bahwa Anda lebih peduli dengan jawaban jujur daripada mempersoalkan kue yang hilang.


Bicarakan perbedaan fantasi dengan kenyataan


Anda tentu tidak ingin memadamkan imajinasi anak, khususnya sejak anak Anda sering menggunakan cerita-cerita aneh untuk mengatasi kekhawatiran dan ketakutan. Tapi kalau batita tetap bersikeras mengatakan seekor singa yang bertanggung jawab membuat robek celanan barunya, tunjukkan padanya nada skeptis Anda, “Cerita yang luar biasa! Pasti sangat menakutkan. Saya belum pernah melihat seekor singa pun dalam lingkungan kita. Apa kamu yakin itu yang terjadi?”


Pujilah anak karena telah jujur.


Ketika anak datang kepada Anda dengan pengakuan – misalnya, telah menonton televisi yang seharusnya tidak boleh di lakukan -  puji kejujurannya sebelum mengingatkan batasan waktu menonton. Ketika anak Anda menyadari pentingnya kejujuran (dan merasa aman mengakui kesalahannya), dia akan terbiasa mengatakan kebenaran.

10 September 2013

Cara Kreatif Saat Komunikasi dengan Anak

Salah satu jembatan untuk mencapai keharmonisan dalam rumah tangga adalah komunikasi. Tidak saja hubungan dengan pasangan, dengan anak pun demikian pula. Kendati banyak urusan atau pekerjaan, komunikasi dengan anak mau tak mau harus diperhatikan. Jika tidak ingin banyak masalah yang tersumbat dan meledak sewaktu-waktu.


Persoalan kecil jika tidak segera dicarikan penyelesaiannya, sama saja dengan menumpuk masalah. Sekarang mungkin masalah kecil yang tak terselesaikan, bisa jadi ke depan akan menjadi kumpulan masalah-masalah kecil yang menjadi besar. Sampai di situ, kita sebagai orang tua akan merasa heran mengapa hal ini bisa terjadi dan menolak untuk mengakui kesalahan diri sendiri dan mencari-cari kesalahan pada si anak. Yang pasti, kita akan kesulitan untuk mendapatkan penyelesaiannya.




Dibutuhkan kreativitas saat berkomunikasi dengan anak agar tepat dan efektif. Berikut ini beberapa cara kreatif untuk menciptakan komunikasi yang menyenangkan menurut seorang praktisi parenting, Irawati Istadi.



Cara tersebut antara lain: menunjukkan bahasa tubuh yang aktif, menggunakan pesan ‘saya’, melebur dalam persepsi anak, memaksimalkan perhatian positif, dan kejutan-kejutan manis.



Bahasa Tubuh Aktif


Bahasa tubuh sangat berarti, bahkan dibandingkan dengan bahasa verbal. Cara sederhana membangun bahasa tubuh yang baik adalah, mensejajarkan pandangan mata saat bicara dengan anak. Tatap mata anak dan condongkan tubuh ke arahnya. Komunikasi anak akan terbuka karena ia merasa didengarkan dan diperhatikan.



Pesan ‘Saya’


Gaya komunikasi ini adalah gaya yang menyampaikan perasaan-perasaan ‘saya’ atau orang yang bicara. Dengan menggunakan gaya bicara ini, akan terkesan tidak menggurui. Anak yang mendengarkan akan merasa lebih dihargai sehingga mudah untuk mengikuti keinginan yang kita ungkapkan secara tersirat. Contoh pesan ‘saya’ misalnya: “Bunda sudah gosok gigi nih, siapa yang selanjutnya, ya?”



Melebur dalam Persepsi Anak


Anak yang sedang dalam perkembangan, secara psikologis biasanya memiliki ego yang kuat dan mau menang sendiri. Orang tua yang sudah dewasa tidak bisa memaksa anak untuk mengikuti persepsinya. Justru kita sebagai orang tua yang harus masuk ke dalam persepsi anak. Dengan demikian, kita bicara dan menyelami sebuah masalah melalui persepsi anak.



Maksimalkan Perhatian Positif


Jika selama ini kita seringkali menyalahkan anak dan mengkritik, sudah saatnya kita mengubahnya. Dengan berusaha mencari-cari sebanyak mungkin perbuatan positif anak setiap hari dan memuji seperlunya. Anak yang sering mendapatkan perhatian positif akan berperilaku lebih baik dan tidak rewel.



Kejutan-Kejutan Manis


Rutinitas dalam keluarga akan membosankan anak. Dibutuhkan kreativitas orang tua untuk mencari waktu yang menarik untuk bicara dengan anak. Sekadar berjalan-jalan bersama sambil bicara, akan menjadi hal yang mengesankan dan komunikasi terjalin manis.